A TOUR OF THE SUMMA - PERTANYAAN 10

KEKEKALAN ALLAH


Artikel 1

Kekekalan adalah kepemilikan penuh atas kesempurnaan yang tak terbatas, secara sekaligus, tanpa awal, keberlangsungan, atau akhir, dan karena itu tanpa ada yang "sebelum" atau "sesudah".

Artikel 2

Karena Allah tidak berubah, Ia tidak tunduk pada waktu yang terdiri dari perubahan terus-menerus. Dan karena Allah tak terbatas, Ia tidak dibatasi oleh batas-batas yang disebut permulaan dan akhir.

Artikel 3

Hanya Allah yang kekal, sebab hanya Allah yang tidak berubah dan tak terbatas. Beberapa makhluk disebut kekal dalam arti bahwa mereka tidak akan pernah berakhir; makhluk-makhluk tersebut adalah makhluk rohani. Bahkan benda-benda jasmani pun disebut kekal dalam arti bahwa mereka tidak dengan cepat atau secara nyata dipengaruhi oleh waktu; karena itu kita berbicara tentang “bukit-bukit yang kekal”. Namun secara ketat, kekekalan hanya dimiliki oleh Allah, dan diidentikkan dengan hakikat Allah sendiri.

Artikel 4

Kekekalan, sebagai keberlangsungan, secara hakiki berbeda dari waktu. Waktu berkaitan dengan yang “sebelum” dan “sesudah”, dengan masa lalu dan masa depan, tetapi kekekalan adalah masa kini yang sempurna dan tidak berubah. Kekekalan adalah “sekarang” yang kekal dan tidak berubah. Maka dari itu kekekalan melibatkan ketidakterbatasan, dan karenanya diidentikkan dengan aktualitas murni Allah. Kita dapat mengetahui apa arti kekekalan, tetapi kita tidak dapat membayangkannya secara imajinatif. Setiap upaya untuk membayangkan kekekalan hanya menghasilkan pandangan panjang tentang waktu khayalan. Dan waktu, seperti yang baru saja kita catat, secara hakiki berbeda dari kekekalan, bahkan bertentangan dengannya.

Artikel 5

Waktu adalah keberlangsungan peristiwa atau gerakan yang terus-menerus (karena itu, perubahan) yang dapat dihitung, dan dipertimbangkan dalam kaitannya dengan yang “sebelum” dan “sesudah”. Tetapi kekekalan tidak memiliki keberlangsungan atau gerakan, dan tidak melibatkan unsur “sebelum” dan “sesudah” apa pun. Selain waktu dan kekekalan, ada suatu keberlangsungan yang disebut eviternitas (eviternity) yang kita atribusikan kepada makhluk-makhluk rohani (jiwa, malaikat) yang memiliki permulaan tetapi tidak mengalami perubahan substansial dan tidak memiliki akhir.

Artikel 6

Orang-orang sering berbicara tentang satu masa sebagai berbeda dari masa lainnya. Mereka menggunakan ungkapan seperti “zaman kita sendiri”, “masa keemasan sastra”, “zaman kakek”, “abad kedua puluh”. Tetapi ini hanyalah pembagian waktu yang bersifat kebetulan; waktu pada dirinya sendiri sebenarnya adalah satu kesatuan. Demikian juga, eviternitas adalah satu pada dirinya sendiri, walaupun dapat secara kebetulan digandakan dengan merujuknya pada makhluk yang ini, lalu pada makhluk yang itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar